Movie Review: Nightmare Alley (Spoiler-Free)

January 23, 2022

Sejujurnya gue nggak nyangka ini film bakal masuk Indonesia, tapi ternyata ada! Yay!

Jadi hari Sabtu tanggal 22 Januari 2022, gue lagi makan bareng temen, sebut saja Mawar. Nah pas di tempat makan kita lagi brainstorming mau kemana lagi. Terus si Mawar ini emang udah pengen banget ke bioskop dari kapan tau tapi selalu lupa ngajak gue (atau guenya yang nggak mau). Terus akhirnya dia nyaranin "gimana kita nonton aja?", gue bilang "nonton apa tapiii." Terus dia suruh ngecek dan Voilà! Ternyata ada Nighmare Alley! Gue langsung "HAYUK SEKARANG." Masalahnya itu film main jam 19:15 sedangkan kita berangkat dari tempat makan jam 19:07. Untung jarak antara tempat makan ke bioskop masih deket, jadi pas nyampe cuma agak telat sedikit. 

Gue nyodorin trailer ke si Mawar ini, terus pas selesai nonton dia terlihat kurang tertarik. Terus dia nanya "Kenapa lo mau nonton film ini?" gue jawab sejujurnya "Karena gue suka sutradaranyaa." Tapi dia tetep terlihat nggak yakin dan gue bilang gue nonton sendirian juga nggak apa-apa tapi dia tetep mau nonton juga katanya kangen suasana bioskop. Jadi Mawar kalau lo someday baca post ini, gue nggak maksa yaa hehe. 

Gue juga napsu nonton film ini karena takut telat kayak waktu mau nonton Last Night in Soho, yang cuma sebentar banget gara-gara Eternals tayang. Jadi gue pengen buru-buru nonton gitu.

Oke jadi Nighmare Alley ini film garapannya Guillermo del Toro (GDT), salah satu sutradara favoritku, Mungkin yang belum familiar dengan namanya pernah nonton beberapa filmnya. Salah satunya adalah Hellboy 1 dan 2 sama Blade 2. Biasa diulang-ulang di Trans TV sampe botak. Ciri khas filmnya dia memang dark, gory, and nighmare-rish, but there's a slightly romantic touch.

Karena gue udah bias sama sutradaranya, otomatis gue nggak baca review orang-orang yang udah nonton. Plus castnya yang mantep banget. Jadi hajar wae lah. 

Nighmare Alley ini bercerita tentang kehidupan seorang pria cerdas yang ambisius dan nggak pernah ngerasa puas. Berawal saat dia bergabung dalam grup sirkus kelas bawah yang penuh tipu muslihat. Film ini berlatar belakang di tahun 1940an, dan merupakan remake dari film dengan judul sama yang rilis di tahun 1947. 

Kayak yang tadi gue bilang, cast film ini beneran nggak main-main. Ada Bradley Cooper (sekaligus produser), Rooney Mara, Cate Blanchett, Willem Dafoe, Toni Collette, dan masih banyak aktor ternama lainnya. Some of whom you may have seen before in other GDT's movies.

Bradley Cooper adalah pemeran utamanya, Stanton Carlisle. Everything revolves around him and he always gets what he wants one way or another, until he met Cate Blanchett (Lilith Ritter), seorang psikiater yang misterius.

I won't go into details about the plot karena ya nggak mau spoiler tentunya, pokoknya ini film psikologis yang mengandalkan dialog. Gue cuma mau sambat aja kenapa film ini entah mengapa terasa "kurang."

Nightmare Alley mungkin nggak cocok buat orang yang nggak suka film dengan alur yang lambat, apalagi ini 2 jam lebih. Jadi mesti sabar-sabar aja.

Kenapa gue merasa kurang? I don't know maybe the dialogue itself, terasa muter-muter. Dan ada beberapa scene yang sebenernya bisa dieksplor lagi tapi nggak, jadinya agak nggak make sense. It pains me to say this karena gue hampir suka semua film yang GDT buat dan biasanya meninggalkan kesan yang manis. Tapi bukan berarti film ini terasa "pahit", cuma ibarat kayak sayur sop kebanyakan air, rada kurang bumbu.

Tapi beda cerita kalau ngomongin production design, kostum, dan akting para pemainnya. Untuk desain setnya sendiri, feel-nya hampir mirip seperti The Shape of Water (buatan GDT juga), itu loh kisah cinta wanita tuna wicara sama manusia ikan sakti yang tamvan. Ditambah lagi temanya sirkus, gue personally memang suka film horror/thriller tentang sirkus, karena emang sirkus itu tempatnya yang mejik-mejik, it just fits. Nah design set ini udah perfect menurut gue, everything is executed beautifully, down into the details. No komplen dari saya. Kostum pun begitu, apalagi baju-bajunya Cate Blanchett ya ampuuun mau nangis saking indahnya. Plus gue ke-distract sama shade lipstik merahnya. Dan untuk aktingnya sendiri nggak perlu diragukan lagi, semuanya bisa mengantarkan porsinya mereka dengan baik tanpa ada yang berlebihan/terasa off. Tapi sayangnya ya tadi itu, semua ini masih menyisakan rasa kekentangan saat keluar dari bioskop.

Meskipun begitu, this movie doesn't fall into the category of bad movies whatsoever. Tapi cukup segmented lagi-lagi karena banyak dialog dan the slow pace. Bukan film yang cocok ditonton ramean bareng temen-temen, yah berdua bertiga masih oke lah. Malah lebih cocok sendiri, karena dengan begitu bisa bener-bener fokus, terutama saat menikmati sinematografi dan scenes-nya. Harus pay attention dari awal karena semuanya berkesinambungan.

Gue sendiri cukup anxious nonton ini karena gue ngeliat temen gue si Mawar kayak gelisah sepanjang film dan dia main HP, pertanda dia nggak interest nonton filmnya. Kasihan aja dia udah pengen nonton bioskop dari lama cuman yang dia tonton bukan film yang dia suka. Mana tempat makan yang gue pilih juga dia nggak sreg lagi wkwkwk. Jadi makin nggak enak kan gue. Dari dulu kalo inget, tempat makan yang gue pilih emang nggak pernah cocok di dia dan kita juga jarang nonton film bareng. Maybe we just have different ideas on these two things ya Mawar, supaya win-win gitu lain kali hehe.   

So overall I will give this movie 7.5 out of 10 because it could have been better. Tapi gue tetep zheyeng sama GDT dan bakal nonton film-filmnya doi yang lain kalau ada.



Sumber Foto:

Nightmare Alley Poster

You Might Also Like

0 comments