Aku Malu
April 05, 2016
Man-teman, post ini terinspirasi dari artikel berumur enam tahun yang dimuat
di Rolling Stone Indonesia tentang Lokananta, ditulis oleh Faskhri Zakaria dan Ayos Purwoaji. Sedih
deh bacanya, padahal studio rekaman ini nyimpen banyak banget sejarah yang
menurut gue super keren bala-bala (najis lah De).
Singkat cerita, Lokananta selain
sebagai studio rekaman nasional yang masih aktif sampai sekarang, di sini juga
kayak museum musik. Banyak kaset dan piringan hitam dari berbagai artis kondang
Indonesia dan musik tradisional dari jaman baheula. Nggak cuma lagu, tapi ada
juga pidato dari Soekarno loh. WOW bukankah ini emejing.
Sayangnya, Lokananta mengalami
kesulitan dana karena kurangnya
perhatian dari pemerintah sekitar dan juga kurangnya pengunjung. Sampai-sampai
mesti menyewakan sebidang lahan mereka buat dibikin arena futsal sebagai
tambahan pemasukan. Koleksi di Lokananta juga banyak yang udah lapuk dan rusak.
Padahal koleksi itu kan seperti mesin
waktu yang ngasih tau sejarah budaya bangsa Indonesia.
Tapi tenang kok, sekarang
Lokananta udah mulai berjaya lagi. Banyak musisi Indonesia sekarang rekaman
disana. Koleksinya juga sekarang udah banyak yang dijadiin format digital jadi
nggak takut bakalan ilang dimakan usia. Ada websitenya juga kalo mau liat-liat,
nih pencet aja. Ada merchandise juga yang semuanya bakal
dialokasikan buat Lokananta, semoga nggak ditilep ye hehe.
Bukan mau sok dramatis atau apa,
tapi baca artikel tadi menggugah gue (cieeeh). Tentang seberapa nggak pedulinya gue sama musik
Indonesia selama mungkin sepuluh tahun terakhir ini. Kenapa sepuluh tahun?
Karena iya. Heh ape?? Duh ngaco kan maap laper. Maksudnya gue udah nggak pernah
lagi beli album musisi Indonesia, terakhir kapan juga nggak inget. Padahal dulu
cukup sering, apalagi kaset kompilasi.
Maaf jika Ananda sering
membandingkan keadaan waktu kecil sama sekarang di blog ini. Soalnya pas kecil
gue gampang sekali dipuaskan (Astagfirullah) dengan musik. Mau itu musik lokal
kek, internasional kek, pokoknya kalo udah suka ya udah nggak mikirin
personilnya pedofil (ahem Ian Watkins ex LostProphets ahem) atawa ceweknya
banyak, dan yang lainnya. Nggak peduli amat sama yang aneh-aneh, sing penting ku suka lagunya, ya tak mbeli
kasetnya. Kalo sekarang liat ada band apa, trus ubek-ubek internet liat
prestasi mereka, penampilan langsungnya kayak apa, dsb dsb, bsbnkotb. Apa lagi
udah ada Youtube, pasti udah banyak lagu-lagu mereka di sana. Kalau dulu denger musisi cuma tau single-nya doang, sisa lagu di album mana tau, jadi nggak ketauan
itu album jelek apa nggak. Tapi di sini sebenarnya sisi serunya sih. Tapi
alasan sekarang malas beli CD juga karena alasan keuangan HAHAHAHA (tamparan
buat pengangguran).
Gue juga kritis banget sama musik
negeri sendiri nggak tau kenapa. “Ah terlalu hipster”/”terlalu banyak gimmick”/”liriknya
norak, cinta-cintaan melulu”/”ini mah band pensi”/”emangnya ada yang dengerin
musik mereka?” atau yang lebih parah “personilnya nggak ada yang ganteng,” yang
sering terjadi pada fans musik wanita (ya atau bisa juga pria), untungnya sih
gue jarang mengalami yang kayak begitu (ah masa?). Kritik atau pemikiran-pemikiran
demikian seringkali gue tujukan kepada para band atau musisi ternama Indonesia,
apalagi kalau sama yang baru gue denger, lebih parah lagi gan. Entah terlalu
terbiasa dengan musik barat jadi cenderung membanding-bandingkan. Otak gue rasanya
memboikot dan menolak untuk menyukai atau seenggaknya ‘ngintip’ sedikit sound mereka. Pengen rasanya bisa
seimbang antara pengaruh luar dan negeri sendiri seperti jaman SD sampai
awal-awal SMP.
Gue juga nggak ngerti kenapa bisa
begitu, sedih rasanya dan juga agak sedikit malu. Gue suka musik, tapi nggak
banyak suka musik negeri sendiri dan jarang beli album keluaran musisi lokal. Padahal
kan enak ya kalau suka musik Indonesia, lebih gampang nonton konsernya secara
gue tinggal di sini.
Tapi gue masih punya prinsip sampai
sekarang, yaitu ketidakinginan mengunduh secara ilegal musik nasional, dan
berlaku juga sama film. Mungkin terdengar sok nasionalis atau bagaimana, tapi
kan ini warga negara Indonesia sendiri yang buat, kalau bukan kita yang dukung
siapa lagi (kayak lagi kampanye). Gue paling seneng kalo ada musisi yang ngasih
musik mereka secara cuma-cuma alias gretungan. Siapa aja pokoknya, dari Foo
Fighters, Man Overboard, sampe kemarin terakhir Adithya Sofyan. Senaaang sekali
rasanya jadi nggak ngerasa bertindak kriminal gitu, semoga kalian dapet pahala
banyak ya mas, mbak.
Mari lah bersama-sama berdoa semoga
gue dan juga orang lain yang serupa mendapat hidayah agar tidak terlalu skeptis
terhadap musik Indonesia, belajar dari cerita Lokananta. Sekarang gue juga
mulai mencari-cari, ngulik lagi di internet mana musik yang bagus walaupun
belum nemu. Nanti kalau udah dapet pasti di posting
kok. Do’akan saja ya!
Sumber gambar: drgblogsupreme
0 comments